Jumat, 10 Juni 2011

Dunia untuk Akhirat

Dua orang dihadapkan kepada malaikat pengadil. Si Amin, sebutlah begitu, dengan tenang melangkah kedepan. "Aku pasti masuk surga yang tinggi karena sewaktu di dunia aku sangat rajin shalat. Jangankan yang wajib, yang sunnah saja tak pernah lupa ku jalankan," katanya dalam hati. Benar saja, setelah amalnya dihitung, malaikat berkata, "Kamu masuk surga VIP karena shalatmu bagus sekali".

Si Iman, sebutlah begitu, maju ke depan untuk dihitung amalnya di dunia. Setelah dihitung, ternayta shalatnya cukup baik walaupun tak sebagus Amin. "Memang, sewaktu didunia, waktumu lebih banyak kau pergunakan untuk bekerja menyepuh emas, sehingga shalatmu tak sebaik shalatnya si Amin. Kau masuk surga kelas ekonomi saja."

Keduanya dituntun oleh malaikat menuju tempatnya masin-masing. Tetapi, tiba-tiba, Tuhan bertitah, "Kau salah Malaikat! Bawa si Iman ke kelas VIP, sedangkan si Amin ke kelas ekonomi!"

"Mengapa begitu, Tuhan? Bukankah shalat si Amin lebih baik dari si Iman?" tanya malaikat.

"Memang benar, tetapi ketika shalat si Amin mengingat emas, sedangkan si Iman ketika menyepuh emas dia mengingat shalat."

Kita sering melupakan hakikat ibadah yang sebenarnya. Kita sering menggunakan ibadah untuk mengenyangkan nafsu-nafsu kita: kekayaan, kedudukan, ataupun kecantikan. Hakikat sebenarnya dari ibadah adalah menghadirkan Tuhan dalam diri kita. Shalat adalah menghadirkan Tuhan dengan merendahkan diri. Zakat adalah menghadirkan Tuhan dalam cinta kasih. Puasa adalah menghadirkan Tuhan dalam lapar dahaga. Haji adalah menghadirkan Tuhan dalam perjalanan sejarah hidup kita.

Sumber : Kaya tapi Miskin, karya Mustamir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar