Sabtu, 11 Juni 2011

Tak Seindah Mata Memandang

Suatu hari, nasrudin ditanya oleh seorang hakim yang terkenal korup, "Hai Nasrudin, kalau kamu disuruh memilih menjadi orang kaya atau orang bijaksana, mana yang kamu pilih?"

"Menjadi orang kaya," jawab Nasrudin tegas.

"Sayang sekali, orang seperti engkau yang dikenal arif ternyata salah memilih. Kalau aku tentu lebih memilih menjadi orang bijaksana."

"Wajar sekali, seseorang memang selalu menginginkan apa-apa yang tidak dimilikinya," jawab Nasrudin santai.

Kadang kala, kita ini salah memilih. Kita melihat yang diluar sana itu tampak indah, padahal barangkali tak seindah yang kita bayangkan.

Coba lihat hutan dari kejauhan. Tampak begitu indah. Hijau. Indah sekali. tetapi, ketika kita mendekatinya, ternyata banyak onak dan duri.

Demikian juga lautan yang dari jauh tampak begitu indah, ternyata kalau kita dekati banyak gelombang dan badai yang tak jarang membahayakan.

Jadi, yang belum menjadi milik kita belum tentu lebih baik dari apa yang sekarang menjadi milik kita.

Sumber: Kaya tapi Miskin, karya Mustamir

Kacamata Rasa

Seorang pria menemani istrinya memeriksakan diri ke seorang dokter. Dokter itu menyuruh pria itu menunggu di ruang tunggu.

Beberapa saat kemudian, dokter itu meminta perawat untuk mengambilkan obeng, dan dokter itu pun kembali ke ruang periksa.

Kemudian, dokter itu kembali lagi dan meminta diambilkan tang. Pria itu jadi khawatir terhadap keadaan istrinya.

ketika dokter itu keluar lagi dan minta diambilkan palu, maka pria itu bergeas mendekat dan bertanya kepada dokter, "Dokter, sebenarnya apa yang terjadi dengan istri saya?" Dokter itu menjawab gugup, "Maaf, Pak, saya belum tahu keadaan istri Bapak. Bahkan, sampai saat ini, saya belum berhasil membuka tas peralatan medis saya."

Ketika seorang guru membentak muridnya, maka belum tentu dia membeci muridnya itu. Bahkan, mungkin sebaliknya, karena cintanya kepada muridnya tersebut.

Ketika orang tua menolak permintan kita, maka ini tidak berarti mereka tidak menyayangi kita, bahkan sangat mungkin karena kasih sayangnya.

Allah Sang Maha Pengasih menampakkan kasih sayang-Nya dengan berbagai cara: terguran; pujian; musibah; atau kenikmatan. Bahkan, neraka pun diciptakan karena kasih sayang-Nya kepada manusia.

Sumber: Kaya tapi Miskin, karya Mustamir

Kasih Allah tak Terbatas

Karena hujan yang cukup lebat, banjir melanda sebuah pinggiran kota. Semua penduduk lari mengungsi kecuali seorang kiai. dengan keyakinan yang tinggi, dia tetap berada di masjid. Padahal, banjir sudah mulai menggenanginya.

Sebuah perahu penyelamat datang hendak mengevakuasi kiai itu, tetapi dengan teang kiai itu berkata, "Terima kasih, saya akan tetap bertahan disini."

Hujan semakin lebat, banjir semakin hebat, dan datanglah perahu kedua hendak menolong pak Kiai. Tetapi, lagi-lagi kiai itu menolak, "Terima kasih, saya percaya Allah akan menolong saya."

Hujan tak jua berhenti, sehingga keadaan sudah sangat gawat, tetapi ketika datang perahu ketiga, kiai itu tak juga mau dievakuasi. "Tuhan pasti menolong saya. Jadi saya akan tetap di sini."

Akhirnya, banjir menyapu masjid itu, dan nyawa kiai tak terselamatkan. Didepan Tuhan, kiai itu protes, "Ya Allah, aku sangat beriman kepada-Mu, tetapi mengapa Engkau tidak menolongku dari banjir?" Tuhan pun keheranan dan bersabda, "Apa? Bukankah aku sudah mengirim tiga perahu?"

Tuhan tak hadir dalam bentuk yang tidak bisa dipahami manusia.
Tuhan hadir dengan cara yang tak terbatas.
Kewajiban kita adalah selalu merasakan kehadiran-Nya dibalik segala peristiwa.
Ada Tuhan dibalik kenikmatan.
Ada Tuhan dibalik kesusahan.
Ada Tuhan dibalik keberhasilan.
Ada Tuhan dibalik kegagalan.


Dia Hadir dalam keindahan lautan.
Dia Hadir d
alam indahnya pegunungan.
Dia Hadir dalam badai yang menakutkan.
Maupun gempa yang mengerikan.


Sumber : Kaya tapi Miskin, karya Mustamir