Selasa, 07 Juni 2011

Ketika Surah Al-Fatihah Dibaca



Achmad S. Widhiatmaka, peneliti LIPI

Formalin adalah bahan pengawet, termasuk untuk mengawetkan mayat atau mumi, racunnya memiliki daya pembunuh hebat. Uapanya saja bisa merusak paru-paru. Kalau kena kulit bisa mematikan jaringan kulitnya. Lebih-lebih kalau terminum,secara medis pasti akan mengakibatkan kematian. Namun Achmad S. Widhiatmaka, staf Balitbang Zoologi, Puslitbang Biologi LIPI-Bogor, secara tidak sengaja meminum formalin yang masih pekat. Padahal untuk keperluan pengawetan saja, formalin itu harus dicampur dengan sembilan bagian air. Apa yang terjadi?

Penuturan lengkapnya :

Tahun 1976 saya bersama tiga rekan yang bergabung dalam tim survei Puslitbang Biologi-LIPI Bogor, mendapat tugas untuk berburu di hutan Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Sekampung, Lampung. Tugas kami berbeda-beda walaupun sekelompok. Ada yang mengamati tingkah laku binatang, ada yang mengumpulkan beberapa jenis binatang, dan saya mendapat tugas untuk mengumpulkan caplak (kutu) binatang liar untuk keperluan penelitian pemberantasan penyakit parasit.

Setiap hari, dengan berjalan kaki, kami jelajahi hutan belantara sambil mengibas-ibaskan handuk menerobos semak belukar menelusuri bekas jejak binatang liar, mencari caplak. Dengan berbekal alat pemburuan seperti handuk dan jaring nilon serta formalin pekat, kami terus melakukan operasi.

Formalin pekat ini memang mutlak kami bawa setia p melakukan tugas dilapangan karena cairan tersebut merupakan bahan pengawet yang paling handal. Formalin pekat (40%) harus diencerkan dengan air sembilan bagian hingga menjadi formalin 4%. Selain itu, formalin merupakan racun kerasyang sering digunakan untuk membunuh serangga, kuman, cendawan, dan untuk fungigasi dengan menyemprotkan uapnya. Warna formalin mirip air jernih. Uapnya berbau sangat keras menyengat dan bisa merusak paru-paru. Mata akan terasa sangat pedih bila terkena cairan itu, dan jaringan kulit akan mati jika tertumpahi cairan itu. Bagian tubuh dan spesimen biologi yang direndam dalam formalin 4% tidak akan busuk selama-lamanya. Oleh karena itu formalin sering digunakan untuk mengawetkan mayat dan dijadikan bahan pembuat mumi.

Kami berempat beristirahat sambil membincangkan hasil buruan dan menanyakan berbagai nama lokal jenis hewan kepada penduduk (tukang kebun) setempat. Sementara rekan saya sedang asyik berbincang-berbincang dengan penduduk setempat sambil menikmati kepulan rokok, saya melihat dua botol tempat air minum yang dibawa rekan saya, saat itu juga nafsu ingin minum timbul.

Begitu rekan saya melihat saya memandang botol itu, dia mempersilahkan saya untuk mengambil sendiri bila ingin minum. Saya lalu mengambil tempat air minum itu dan saya tuang segelas. Langsung saya teguk sampai habis.

Ketika menghirup nafas, saya mencium bau sangat menyengat. Dengan refleks saya berteriak, “Astaghfirullah! Saya minum formalin.”

Teman-teman saya kaget dan bertanya, “formalin pekat?”

Teman yang lain bilang, “Mengapa ambil yang itu?”

Saya jawab, “Semuanya jernih seperti air dan semua tanpa label, mana saya tahu”

Sudah terlanjur, mau apa lagi? Saya langsung terjun ke sungai dan meminum air sebanyak-banyaknya. Maksud saya untuk mengencerkan formalin dalam perut. Bibir dan mulut tiba-tiba terasa kaku dan nyeri. Perut terasa keras, sangat yeri, pedih, dan melilit. Seribu rasa nyeri dan sakit menggerayangi mata, saluran pernapasan, dan saluran alat pencernaan.

Teman-teman nampak sangat cemas, ketakuta, menyesal, dan kebingungan untuk menolong saya.

Alhamdulillah, saya selalu diberikan kekuatan oleh Allah, sehingga selalu sadar dan erusaha keras dengan penuh tawakkal. Setelah saya meminum air sungai sebanyak-banyaknya, rasa sakit dalam perut semakin meluas. Rasa sakit semakin hebat. Saya berpikir, memang menurut farmakologi(ilmu obat-obatan) seharusnya saya mati karena minum segelas formalin pekat. Saya sudah siap-siap menghadapi maut.

Namun, saya juga yakin bahwa hidup atau mati hanya Allah yang menentukan. Saya bertawakkal penuh ke hadirat Ilahi. Peristiwa tragis itu hakikatnya dari Tuhan dan masalah itu saya kembalikan pada Tuhan. Sebagai hamba, saya selallu siap menerima ketetapan Allah Yang Mahakuasa.

Dengan tawakal mutlak inilah, saya diberi kekuatan luar biasa oleh Allah.

Dalam derita rasa sakit yang hebat, saya kuat berdiri sambil menadahkan kedua telapak tangan ke atasa dan menengadahkan wajah ke hadirat Allah, kemudian saya membaca surah al -Fatihah.

Ketika sampai bacaan iyyaka na’budu wa iyyaka nasta ‘in atau ilham tentang penawar racun tersebut.

Suara itu seakan-akan memerintahkan saya supaya meminum larutan garam dapur yang pekat agar muntah dan bisa mengeluarkan formalin. Saya minta bantuan teman-teman untuk menyediakan garam dapur. Teman-teman tampak panik dan bingung. Mana ada garam dapur di tengah hutan begini.

Alhamdulillah, tentu kehendak Allah juga, penjaga kebun ternyata punya garam dapur kira-kira dua kilogram. Garam itu tadinya akan digunakan untuk memupuk tanamannya. Bayangkan, kalau saja tak ada garam, padahal jarak ke kampung atau pos sangat jauh.

Garam dapur itu kemudian diaduk dengan air dalam ember besar, lalu saya minum segelas demi segelas. Dan memang setiap minum air garam itu, saya langsung muntah. Hal itu saya lakukan berulang-ulang sampai menghabiskan dua ember garam pekat. Muntahan terakhir telah tercampur darah segar sehingga pemberian minum dihentikan. Tapi sementara itu, perut makin terasa nyeri dan mengeras, untuk bergerak sakit, diam juga sakit.

Sekali lagi saya panjatkan doa ke hadirat Ilahi dengan bacaan al – Fatihah. Ajaib, doa saya rupanya langsung dijawab oleh Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah mendatangkan kawanan burung gagak yang hinggap di pepohonansekitar tempat kejadian.

Burung gagak yang biasanya berbunyi kaak, kaak, gaook, gaook, gaook itu terdengar olhku berbunyi Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah, Allah, ... Allah.

Dengan demikian, lafaz Allahitu kuucapkan berulang-ulang dan saking khusyuknya, zikir itu menjelma zikir sirri (terucap dalam batin).

Ajaib pula, dengan terus memanjatkan zikir sirri, tawakal, dan ridha menerima ketentuan Allah,saya tidak merasa sakit sedikitpun.

Selanjutnya saya minta digotong ke tempat pos survey. Petang itu pula, saya di bawa ke RSU Talang padang. Tentu saja, dokter yang memeriksa sangat kaget. Mereka tidak percaya atas apa yang saya alami. Minum formalin pekat segelas penuh, menurut perkiraan, tidak memerlukan waktu 10 jam untuk menghadap Ilahi. Tapi saya masih bertahan walau dengan keadaan parah. (Amanah)

Sumber : Mukjizat Salat dan Doa, editor naskah : E. Kosasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar